HBDWYATB, Pak! Ngaturaken Sugeng Tanggap Warso kagem Bapak Jokowi 🙏 ke-60.
Kemarin, Bapak disuguhi menu apa? Maaf, yang nyuguhi Ibu atau “protokol” istana? Jika Ibu Iriana, saya enggak berani ngomong deh 🤭 Namun, bila juru masak istana, apakah ada menu Sop Buntut?
Saya suka itu, Pak. Saat mengantre, saya sudah naksir itu. Sambil menciduknya semangkuk penuh, saya memasang wajah cuek. Seolah enggak ada Paspampres yang memantau.
Makasih loh Pak untuk jamuan itu. Siapalah cah Bantul ini sampai bisa masuk istana. Meski saya tidak bersiap untuk itu.
Biasanya begini, Pak. Kalau ke ibukota, saya apa adanya. Manggul ransel, pakai jins, dan sandal gunung. Naik kereta tiba subuh, saya langsung ke arena pameran buku di Istora.
Telepon itu bunyi saat saya menyeruput teh panas dekat parkiran. Nyaris belum ada penjual makanan yang buka.
Seseorang berbicara. Saya mengiyakan. Saat kelopak mata ngantuk ini segar, saya terkesiap. What? 😱 Harus pakai celana panjang kain, sepatu pantofel, dan baju batik lengan panjang?
Alamak!
Isi ransel saya: kaus oblong dan celana pendek! Ya, sudlah. Dipikirin nanti saja. Dan, drama lebih seru dari drakor terjadi. Saya jumpalitan menyiapkan tiga item itu. Kisahnya di-skip saja. Terlalu panjang diceritakan.
Kami dijamu dengan meja-meja bundar–seperti acara manten. Senang banget, saya dapat bonus! Bisa bercakap sejenak dengan Sukardi Rinakit, staf pribadi presiden, penulis idola saya.
Cak Kardi adalah salah seorang dari sedikit penulis yang memengaruhi saya. Buku beliau, Memompa Ban Kempis, baru saja terbit saat itu. Tentang negara yang ibarat kendaraan dengan ban kempis.
Saya bertanya, “Gimana, Pak, ban-nya sudah enggak kempis?” Beliau tersenyum, mengucapkan sesuatu, yang kemudian hari saya paham maknanya.
Di akhir acara, foto bersama. Karena kebaikan dan kesabaran Bapak, kami dilayani berfoto per meja. Bener deh! Kayak jamuan manten. Butuh waktu panjang, padahal wajah Bapak tampak agak pucat.
“Maaf, saya agak sakit,” begitu seingat saya ucapan Bapak saat memulai sambutan tadi.
Iya, Bapak pasti lelah. Oleh bermacam-macam hal. Termasuk, seperti yang diungkap Bapak Prabowo Subianto di YouTube siniar Deddy Corbuzier beberapa waktu lalu.
Kelelahan jenis ini, biasanya hanya dapat dirasakan perempuan. Itu sebabnya saya ingin mengakhiri dengan mengutip perempuan menteri Bapak.
“Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, kesabaran dan berkah untuk menjalankan tugas memimpin Indonesia menghadapi tantangan luar biasa saat ini dan terus berjuang mencapai kemajuan menuju Indonesia adil dan makmur,” tulis Sri Mulyani di akun IG-nya.
Ada kata kunci “kesabaran” di sana 💙